Rosa
yang menjalin hubungan dengan Rio sudah hampir tiga bulan lamanya bejalan kurang
baik. Dengan latar belakang sifat Rosa yang naif dan Rio yang keras kepala
membuat mereka sempat berselisih paham yang menyebabkan salah satu dari mereka
merasa dirinya berada di dalam kondisi yang kurang baik. Sempat pula mereka
beradu argumentasi karena emosi dari diri mereka masing-masing. Teman-teman
Rosa sudah berusaha menenangkan pikirannya tetapi tidak membuahkan hasil
apapun.
Megan, teman dekatnya pun tidak
dapat membuat suasana hati Rosa menjadi tenang. “Udahlah nggak usah dipikirin,
toh kalian masih bisa bersikap dewasa kan?” ungkapnya cuek. Tidak biasanya Rosa
diam termenung seperti ini, karena biasanya Rosa adalah anak yang ceria.
Memang, Rosa adalah salah seorang yang selalu menutupi kesedihannya. Tapi kali
ini dia benar-benar terlihat sedang berada di dalam kondisi yang kurang baik
tidak seperti biasanya.
“Habis, aku udah berusaha
memperbaiki ini semua tapi apa balasannya? Rio cuma diam tanpa ngasih alasan apapun
supaya aku mengerti,” jawab Rosa dengan air mata yang mulai jatuh dikit demi
sedikit.
“Alah sudahlah, sekeras-kerasnya
orang pasti akan sadar di akhir kalau dia memperlakukan kamu seperti ini. Kalau
dia masih nggak mau cerita kenapa dia begini ya biarkan saja, sama seperti
halnya susu yang kelama-lamaan dibiarkan pasti akan basi. Kamu juga Ros, nggak
usah terlalu berharap Rio mengerti kamu. Karena siapa tau Rio memang lagi ada
di dalam kondisi yang sulit ia terima atau mungkin dia lagi ada masalah”
nasihat Megan. Seketika Rosa pun mengerti apa yang dikatakan Megan. Tetapi
karena rasa kesal yang ia pendam terlalu lama, Rosa pun terlarut dalam
tangisnya.
Rosa menangis. Dia tidak tahu
lagi harus bagaimana, karena menurutnya dia sudah melakukan berbagai cara agar
Rio kembali seperti dulu. Rio yang perhatian, baik dan segalanya yang menurut
Rosa itu adalah Rio. Bukan Rio yang cuek, kasar dan pendiam seperti ini.
Apalagi kondisi mereka yang kebetulan satu kelas, itu yang membuat mereka lebih
berpikir panjang apa dampak yang akan mereka hadapi apabila mereka mengakhiri
hubungannya secara tidak baik-baik. Sekalipun mereka masih bersama tetapi di
dalam kondisi yang tidak baik pasti akan tidak nyaman.
“Megan, apa yang harus aku
lakukan besok? Besok adalah hari pertama aku kuliah dimana aku dan Rio sedang
sama-sama merasakan jenuh. Jujur saja, aku benar-benar ingin memperbaiki
situasi dan kondisi ini. Dimana aku dan Rio bisa seperti dulu lagi,” ujar Rosa
kepada teman dekatnya.
Megan menatap mata Rosa dengan
tajam dan berkata, “kan tadi aku udah bilang, kalian masih bisa bersikap dewasa
kan? Hadapi masalah kalian dengan kepala dingin, nggak perlu kamu mengandalkan
emosi atau yang lainnya. Semua udah ada jalannya kalau kamu mau berusaha, kalau
kamu udah berusaha tinggal kamu nunggu hasilnya dari usahamu itu.”
Keesokan harinya, seperti biasa
Rosa dijemput Rio di Kost untuk pergi bersama ke kampus. Diperjalanan ke
kampus, mereka berdua sempat beradu argumentasi seperti biasanya.
“Mood kamu belum bener juga?” tanyanya dengan penuh rasa ingin tahu.
“Belum” jawab Rio.
“Kamu tuh kenapa sih? Udah
berhari-hari masih aja kayak gini. Kalo ada masalah itu cerita, jangan dipendam
sendiri. Serba salah juga jadinya mau nanggepin kamu kayak gimana. Aku sedih
kalo kamu kayak gini.” Sahut Rosa.
“Memangnya aku nggak sedih?” ucap
Rio sambil fokus mengendarai motor.
“Makanya kamu tuh kalo ada
apa-apa cerita, jangan dipendem sendiri. Ibarat susu didiemin kelamaan pasti
bakal basi.” Balas Rosa kesal.
Setelah lama beradu argumentasi
mereka pun diam hingga sampai tujuan. Sesampainya mereka di kampus, mereka
langsung menuju kelas. Hal serupa yang terjadi di perjalanan pun terjadi lagi
di kelas.
Rosa berjalan ke arah Rio dan
duduk di kursi kosong yang berada di sebelahnya “Kamu masih nggak mau cerita
tentang masalahmu? Aku selalu berharap setiap kali aku bertanya akan ada
perubahan sama diri kamu. Aku nunggu kamu berubah supaya suasana kembali baik
lagi”
“Nggak semua masalah harus
diceritain kan?” jawab Rio.
“Iya sih, tapi apa dari diri kamu
sendiri nggak ada niatan untuk berubah? Aku kecewa sama kamu. Aku ngerasa kalo
kamu ga menghargai apa yang udah aku lakukan untuk memperbaiki semuanya. Tapi
ternyata nihil..” sanggah Rosa.
Mendengar perkataan Rosa, Rio
hanya berdiam diri tanpa mengeluarkan satu patah kata pun. Hingga akhirnya Rosa
kesal dan pergi meninggalkan Rio.
“Sekarang terserah kamu, aku udah
melakukan apa yang menurutku baik. Selebihnya aku serahkan padamu.” Ucap Rosa.
Hari semakin sore, suasana di
kelas mereka pun semakin ramai. Tetapi Rosa dan Rio hanya diam termenung
melihat teman-temannya yang sedang asyik mengobrol. Hingga jam kuliah selesai
mereka tidak berbicara sedikit pun. Rosa memutuskan untuk tidak pulang bersama
Rio. Harapan Rosa kepada Rio untuk berubah ternyata sia-sia. Hari demi hari
telah ia lewati dengan penuh pengharapan, tetapi ternyata harapan itu hilang
ketika Rio menganggap masalah mereka adalah masalah yang biasa-biasa saja. Walaupun
Rosa kecewa, tetapi ia masih berpegang teguh pada pendiriannya agar dapat
bersabar menghadapi hari-harinya dengan sikap Rio yang seperti itu. Tapi
tampaknya kekecewaan Rosa belum lengkap, karena Rio masih menganggap angin lalu
masalah mereka sewaktu ia berpamitan pulang:
“Eh, Ros! Aku pulang ya!”
Lengkaplah kekecewaan Rosa sore
itu