Sabtu, 18 Januari 2014

Apalah Arti Menunggu




         Rosa yang menjalin hubungan dengan Rio sudah hampir tiga bulan lamanya bejalan kurang baik. Dengan latar belakang sifat Rosa yang naif dan Rio yang keras kepala membuat mereka sempat berselisih paham yang menyebabkan salah satu dari mereka merasa dirinya berada di dalam kondisi yang kurang baik. Sempat pula mereka beradu argumentasi karena emosi dari diri mereka masing-masing. Teman-teman Rosa sudah berusaha menenangkan pikirannya tetapi tidak membuahkan hasil apapun.

Megan, teman dekatnya pun tidak dapat membuat suasana hati Rosa menjadi tenang. “Udahlah nggak usah dipikirin, toh kalian masih bisa bersikap dewasa kan?” ungkapnya cuek. Tidak biasanya Rosa diam termenung seperti ini, karena biasanya Rosa adalah anak yang ceria. Memang, Rosa adalah salah seorang yang selalu menutupi kesedihannya. Tapi kali ini dia benar-benar terlihat sedang berada di dalam kondisi yang kurang baik tidak seperti biasanya.

“Habis, aku udah berusaha memperbaiki ini semua tapi apa balasannya? Rio cuma diam tanpa ngasih alasan apapun supaya aku mengerti,” jawab Rosa dengan air mata yang mulai jatuh dikit demi sedikit.

“Alah sudahlah, sekeras-kerasnya orang pasti akan sadar di akhir kalau dia memperlakukan kamu seperti ini. Kalau dia masih nggak mau cerita kenapa dia begini ya biarkan saja, sama seperti halnya susu yang kelama-lamaan dibiarkan pasti akan basi. Kamu juga Ros, nggak usah terlalu berharap Rio mengerti kamu. Karena siapa tau Rio memang lagi ada di dalam kondisi yang sulit ia terima atau mungkin dia lagi ada masalah” nasihat Megan. Seketika Rosa pun mengerti apa yang dikatakan Megan. Tetapi karena rasa kesal yang ia pendam terlalu lama, Rosa pun terlarut dalam tangisnya.

Rosa menangis. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana, karena menurutnya dia sudah melakukan berbagai cara agar Rio kembali seperti dulu. Rio yang perhatian, baik dan segalanya yang menurut Rosa itu adalah Rio. Bukan Rio yang cuek, kasar dan pendiam seperti ini. Apalagi kondisi mereka yang kebetulan satu kelas, itu yang membuat mereka lebih berpikir panjang apa dampak yang akan mereka hadapi apabila mereka mengakhiri hubungannya secara tidak baik-baik. Sekalipun mereka masih bersama tetapi di dalam kondisi yang tidak baik pasti akan tidak nyaman.

“Megan, apa yang harus aku lakukan besok? Besok adalah hari pertama aku kuliah dimana aku dan Rio sedang sama-sama merasakan jenuh. Jujur saja, aku benar-benar ingin memperbaiki situasi dan kondisi ini. Dimana aku dan Rio bisa seperti dulu lagi,” ujar Rosa kepada teman dekatnya.

Megan menatap mata Rosa dengan tajam dan berkata, “kan tadi aku udah bilang, kalian masih bisa bersikap dewasa kan? Hadapi masalah kalian dengan kepala dingin, nggak perlu kamu mengandalkan emosi atau yang lainnya. Semua udah ada jalannya kalau kamu mau berusaha, kalau kamu udah berusaha tinggal kamu nunggu hasilnya dari usahamu itu.”

Keesokan harinya, seperti biasa Rosa dijemput Rio di Kost untuk pergi bersama ke kampus. Diperjalanan ke kampus, mereka berdua sempat beradu argumentasi seperti biasanya.

Mood kamu belum bener juga?” tanyanya dengan penuh rasa ingin tahu.

“Belum” jawab Rio.

“Kamu tuh kenapa sih? Udah berhari-hari masih aja kayak gini. Kalo ada masalah itu cerita, jangan dipendam sendiri. Serba salah juga jadinya mau nanggepin kamu kayak gimana. Aku sedih kalo kamu kayak gini.” Sahut Rosa.

“Memangnya aku nggak sedih?” ucap Rio sambil fokus mengendarai motor.

“Makanya kamu tuh kalo ada apa-apa cerita, jangan dipendem sendiri. Ibarat susu didiemin kelamaan pasti bakal basi.” Balas Rosa kesal.

Setelah lama beradu argumentasi mereka pun diam hingga sampai tujuan. Sesampainya mereka di kampus, mereka langsung menuju kelas. Hal serupa yang terjadi di perjalanan pun terjadi lagi di kelas.

Rosa berjalan ke arah Rio dan duduk di kursi kosong yang berada di sebelahnya “Kamu masih nggak mau cerita tentang masalahmu? Aku selalu berharap setiap kali aku bertanya akan ada perubahan sama diri kamu. Aku nunggu kamu berubah supaya suasana kembali baik lagi”

“Nggak semua masalah harus diceritain kan?” jawab Rio.

“Iya sih, tapi apa dari diri kamu sendiri nggak ada niatan untuk berubah? Aku kecewa sama kamu. Aku ngerasa kalo kamu ga menghargai apa yang udah aku lakukan untuk memperbaiki semuanya. Tapi ternyata nihil..” sanggah Rosa.

Mendengar perkataan Rosa, Rio hanya berdiam diri tanpa mengeluarkan satu patah kata pun. Hingga akhirnya Rosa kesal dan pergi meninggalkan Rio.

“Sekarang terserah kamu, aku udah melakukan apa yang menurutku baik. Selebihnya aku serahkan padamu.” Ucap Rosa.

Hari semakin sore, suasana di kelas mereka pun semakin ramai. Tetapi Rosa dan Rio hanya diam termenung melihat teman-temannya yang sedang asyik mengobrol. Hingga jam kuliah selesai mereka tidak berbicara sedikit pun. Rosa memutuskan untuk tidak pulang bersama Rio. Harapan Rosa kepada Rio untuk berubah ternyata sia-sia. Hari demi hari telah ia lewati dengan penuh pengharapan, tetapi ternyata harapan itu hilang ketika Rio menganggap masalah mereka adalah masalah yang biasa-biasa saja. Walaupun Rosa kecewa, tetapi ia masih berpegang teguh pada pendiriannya agar dapat bersabar menghadapi hari-harinya dengan sikap Rio yang seperti itu. Tapi tampaknya kekecewaan Rosa belum lengkap, karena Rio masih menganggap angin lalu masalah mereka sewaktu ia berpamitan pulang:

“Eh, Ros! Aku pulang ya!”

Lengkaplah kekecewaan Rosa sore itu